Ibnu Sina

| |

Menjadi Puncak Gunung Pengetahuan
Siapa yang tak kenal dengan ketokohan atau di barat biasa dikenali dengan panggilan”Avicenna”,beliau adalah tokoh intelektual Islam yang serba bisa.
Bagian ilmu-ilmu yang di kuasainya adalah mulai dari kedokteran,falsafah,matematik,astronomi,fisik dan logika.Kekentalan semangat hidupnya teramat pantas dan sesuai untuk kita contohi dan meneladaninya.Semoga dengan mengetengahkan sejarah Ibnu Sina ini,dapatlah kita meneladani ketinggian semangatnya dalam melahirkan pengetahuan dan perkembangan ilmu pengetahuan yang memang di tuntut bagi kepentingan agama,politik,ekonomi dan sosial.
Ibnu Sina dilahirkan di Afsyanah daeran Bukhara atau sekarang”Usbekisan”pada tahun(370 H----980 M).Nama lengkapnya adalah Abu Ali al-Husain bin Abdullah. Ayahnya Abdullah adalah salah seorang pegawai tinggi kerajaan ”Dinasti Samaniah”tahun(204-395 H---819-1005 M).Sedangkan ibunya bernama Satirah,keduanya masih keturunan Parsi.Dalam perjalanan hidupnya Ibnu Sina juga diakui sebagai keturunan bangsa Turki,Afghanistan dan Usbekistan.Namun yang perlu di ingat adalah ketajaman atau kecerdasan pengetahuan bukanlah milik satu bangsa atau sebuah negri,akan tetapi ”warisan”bagi seluruh umat manusia.
Sebagai anak seorang pegawai kerajaan,beliau berkemampuan untuk mendapat pendidikan yang cukup.Dia telah memperlihatkan kecerdasannya yang luar biasa dan memiliki daya ingatan yang sangat kuat.Sejak umur 10 tahun,Ibnu Sina sudah belajar menghafal al-Qur`an,mempelajari ilmu agama serta mempelajari ilmu matematik,logik,fisik,geometri,astronomi,hukum Islam,teologi,kedokteran dan metafisik.Dengan demikian beliau menguasai mermacam-macam ilmu pengetahuan dalam usianya yang masih muda.
Ibnu Khaliliqan penulis termasyhur mengatakan bahwa dalam usia 16 tahun,Ibnu Sina telah menjadi pusat perhatian para dokter dan hakim pada masa itu.Mereka serinng menemuinya untuk membincangkan perhatiannya dalam bidang kedokteran.Namanya dikenali sebagai dokter diawali ketika beliau berhasil menyembuhkan penyakit salah seorang pegawai kerajaan Dinasti Samaniah yang bernama Nuh bin Mansur hingga Ibnu Sina di izinkan Sultan untuk menggunakan perpustakaan negara yang menyimpan berbagai macam buka-buku lama yang sangat berharga.
Sampai berusia 21 tahun,Ibnu Sina telah berhasil meringkus buku-buku lama tersebut.Setelah itu beliau semakin masyhur sebagai dokter di seluruh penjuru dinasti Samaniah bahkan hingga jauh keluar dinasti Samaniah. Dari sini beliau pernah dilantik sebagai mentri kerajaan dinasti Hamdani (293-394 H---905-1004 M)
Rumah kedua orang tuanya adalah pusat aktifitas berbagai sarjana termasyhur dan para ulama Islam untuk berbincang persoalan falsafah dan Islam yang sulit dan rahasia.Hasil dari perbincangan para intelektual inilah,beliau dapat memperdalam pengetahuan Islamnya yang lebih luas.Dan dari situ pulalah beliau dapat mempelajari filsafah Islam,Sains dan politik yang dikembangkannya.
Dengan kemahiran dan nama besar yang dimilikinya,beliau mendapat penghormatan dari masyarakat luas dengan sebutan”Asy Syeikh ar-rais”atau guru para raja dalam bidang falsafah dan raja para dokter dalam bidang ilmu kedokteran.
Beliau juga mendapat gelar ”al-Hakim”atau yang bijaksana karena mempelajari berbagai bidang ilmu pengetahuan.Ibnu Sina bukan hanya ahli falsafah dan saitis termasyhur,akan tetapi juga seorang pemimpin yang handal dan pintar.Beliau mengambil bagian dalam bidang pelaksanaan pemerintah dan politik secara aktif serta menjadi mentri di bawah kesultanan,walaupun akhirnya dia terpaksa menghilangkan diri dan bersembunyi di Bukhara karena perubahan sikap Sultan Mahmud dari Gaza.
Dialah yang menjadikan dunia ini sebagai tempat yang penuh aktifitas,melaksanakan segala rencana dan menikmati hasilnya.Beliau percaya setiap orang harus menikmati dunia ini untuk memecahkan segala rahasia alam semesta.Di sisi lain dia juga ahli falsafah dan bangsawan yang luar biasa serta seorang pendakwah yang menyenangkan.
Ibnu Sina adalah seorang tokoh dan ahli kerja yang gigih.Siang harinya beliau sibuk dengan segala urusan negara,sementara malam harinya dia menulis buku-buku yang akhirnya menjadi sebuah maha karya terutama bidang kedokteran.
Menurut keterangan buku Qifti,Tarikh al-Hukama disebutkan bahwa Ibnu Sina menulis 24 buah buku tebal dan 24 buah buku yang lebih tipis dalam bidang kedokteran,falsafah dan sains.Selain itu juga dia menulis 100 buah buku kecil yang berbagai subjek seperti giometri,arimetik,bahasa,musik,teologi dan sebagainya.
Pendapat lain juga mengatakan bahwa Ibnu Sina banyak meninggalkan buku-buku karyanya yang tidak kurang dari 200 buah termasuk buku-buku saku yang kebanyakannya di tulis dalam bahasa Arab walaupun ada juga di antaranya di tulis dalam bahasa Parsi.Yang paling terkenal di antaranya adalah kitab ”al-Syifa” yang terdiri dari 18 jilid,”al-Najah” yang terdiri dari 10 jilid,”al-Hikmah” dan ”Qanun Fi al-Thibb”.
Keempat buku adalah merupakan sumbangan besarnya bagi kemanusiaan.Dengan karyanya al-syifa, ia menjadi ahli fisika besar di dunia.Berabat-abat telah berlalu,namun buku-bukunya tetap menjadi saksi kebesarannya.Dia berkeyakinan bahwa rahmat Allah swt kepada manusia adalah Iman dan kekuatan fikiran.
Di bidang kedokteran, beliau merupakan sarjana Islam terkemuka.Selama berabad-abat karyanya menjadi rujukan penting bagi fakultas-fakultas kedokteran di negara-negara Eropa. Lebih dari 6 abad lamanya, karyanya memimpin tiori-tiori kedokteran dan perubatan. Segala macam cara pengobatan dan jenis-jenis penyakit di tulis dan di jelaskan dalam buku yang berjudul ”al Qanun Fi al-Thibb”.Lebih dari 700 resep dan keperluan obat-obatan yang di cantumkannya dalam”pharmacopoeia”buku tersebut. Buku ini adalah pertama kali diterjemahkan dalam bahasa latin pada abad ke 12 oleh ahli ilmu alam Gerard.
Sebagai seorang ahli ”sains”, Ibnu Sina melakukan penyelidikan cara pengobatan medis melalui emas dan perak. Mungkin kita tidak pernah membayangkan ternyata beliau telah memperkenalkan sistim perobatan dengan menggunakn plat emas dan perak dan juga mengembangkan sistim perobatan katarak atau sejenis penyakit mata. Ibnu Sina memiliki pemikiran Agama yang sangat mendalam. Ketajaman pemikirannya dan kedalaman keyakinan agamanya ikut mewarnai alam fikirannya.
Ibnu Rasyid mengatakan Ibnu Sina adalah seorang yang agamis dalam berfilsafah. Sementara al-Ghazali menyebutnya sebagai seorang ahli falsafah yang sangat banyak berfikir. Dalam memahami falsafah, Ibnu Sina mengikuti pendahuluannya yang bernama al-Farabi. Ibnu Sina mengakui bahwa alam ini memang diciptakan dengan jalan ”emanani” (memancar dari Tuhan). Tuhan adalah wujud pertama yang immateri, dan diri-Nya memancar semua yang ada. Tuhan sebagai ”al Wujud al Awwal”, Berfikir tentang diri-Nya, lalu dari pemikiran itu timbullah wujud kedua yang di sebut akal pertama.
Pemikiran falsafah lainnya adalah konsep tentang ”an-Nafs” (jiwa). Menurutnya, jiwa itu terbagi kepada 3 bagian, yaitu:

  • Jiwa tumbuhan
  • Jiwa binatang
  • Jiwa manusia



    Jiwa tumbuhan memiliki 2 daya, Yaitu daya bergerak dan daya menangkap. Sedangkan jiwa manusia hanya mempunyai 1 daya, yaitu daya berfikir yang di sebut “akal”. Akal tersebut terbagi 2,yaitu akal praktis (amilah) atau yang berhubungan hal-hal yang sifatnya kongkrit, dan akal tioritas atau yang berhubungan dengan hal-hal yang sifatnya abstrak.
    Ibnu Sina menjelaskan bahwa sifat seseorang itu tergantung pada jiwa yang mana dari 3 jiwa itu yang berpengaruh pada diri seseorang tersebut. Jika jiwa binatang dan tumbuhan yang berkuasa pada dirinya, maka sifat orang itu lebih menyerupai sifat-sifat binatang dan tumbuh-tumbuhan. Sebaliknya jika jiwa manusia yang dominan dan berpengaruh, maka orang tersebut akan menunjukkan sifatnya yang logika atau perilaku luhur dan mendekati pada kesempurnaan manusia.
    Pandangan Ibnu Sina amat luas, intelektual dan memiliki idea luar biasa dan menakjubkan. Beliau berhasil menyeimbangkan antara falsafah Islam dengan falsafah Yunani dan berusaha keras untuk menyempurnakannya. Dengan kata lain, beliau telah merentasi pemikiran falsafah ”aristoteles” dan Islam hingga mampu mempengaruhi kaum bangsawan dan intelektual di seluruh dunia.
    Bukan hanya dalam bidang falsafah dan kedokteran saja beliau memberikan saham dan pemikiran, akan tetapi beliau juga ikut serta dalam memberikan sumbangan kepada berbagai jenis ilmu pengetahuan pada zamannya, salah satunya ”astronomi” sebagaimana yang di jelaskan dalam buku ”al-Magest”.
    Ibnu Sina juga banyak membuat rumusan tentang pembentukan gunung-gunung, kaji bumi di samping menghimpun berbagai analisa tentang fenomena atmosfera seperti angin, awan dan pelangi. Sementara orang-orang yang sejaman dengannya, tidak ada yang mampu menambahkan sesuatu apapun penelitian kedalam penelitian mereka.
    Ibnu Sina meninggal dunia di daerah Hamadan pada tahun 1037 M ketika beliau berumur 57 tahun. Dari perjalanan Ibnu Sina ini , dapatlah kita mengambil pelajaran dan iktibar, bagaimana perjuangan dan kesungguhan beliau dalam mempelajari berbagai macam ilmu pengetahuan tanpa mengenal lelah dan onak duri serta tanpa kenal menyerah sehingga beliau dapat mencapai darjat yang cukup tinggi dan mulia, bukan hanya bagi kepentingan golongan, akan tetapi bagi kepentingan seluruh umat manusia di bumi ini.
    Semoga dengan menghayati sejarah tokoh agung Ibnu Sina ini, dapatlah kita mencoba meneladani keteguhan beliau sejauh mana kemampuan yang ada pada diri kita,-Amin. Wassaalam.


    Posted by Cerpen on 6:46 PM. Filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. Feel free to leave a response
  • sdads468x60>

    0 komentar for "Ibnu Sina"

    Leave a reply